Profil Desa Pahonjean
Ketahui informasi secara rinci Desa Pahonjean mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Pahonjean, Kecamatan Majenang, Cilacap. Mengulas potensi pertanian padi unggulan, perkembangan UMKM kreatif seperti sambal ikan dan kue putu ayu, pembangunan infrastruktur desa, serta kearifan lokal melalui tradisi Badan Kupat dan Tompon.
-
Lumbung Padi Unggulan
Desa Pahonjean merupakan pusat pertanian padi di Majenang dengan produktivitas tinggi mencapai 8,6 ton/hektare berkat inovasi dan kelompok tani yang aktif.
-
Geliat Ekonomi Kreatif
Perekonomian desa didukung oleh UMKM yang berkembang, mulai dari produk olahan pertanian seperti Seriping Pisang hingga kuliner pagi yang menjadi pusat keramaian lokal.
-
Harmoni Pembangunan dan Tradisi
Kemajuan infrastruktur fisik berjalan seiring dengan pemeliharaan kearifan lokal yang kental, seperti tradisi Badan Kupat, yang memperkuat kohesi sosial masyarakat.

Terletak di wilayah Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Desa Pahonjean menjelma menjadi representasi wilayah agraris yang dinamis. Dengan topografi dataran rendah yang subur, desa ini tidak hanya menjadi lumbung padi utama di kawasan tersebut, tetapi juga menyimpan denyut nadi perekonomian lokal yang kreatif dan kearifan budaya yang terus lestari. Di bawah kepemimpinan yang progresif, Pahonjean terus berbenah, mengoptimalkan potensi pertanian, mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta memelihara tradisi sebagai fondasi identitas masyarakatnya.
Desa Pahonjean, yang secara administratif berbatasan langsung dengan Desa Mulyadadi di sebelah utara dan timur, Desa Adimulya di selatan, serta Desa Salebu di barat, merupakan salah-ag satu desa dengan populasi signifikan di Kecamatan Majenang. Data per Januari 2024 mencatat jumlah penduduk mencapai 18.212 jiwa yang tergabung dalam 5.975 kepala keluarga. Angka ini menjadi modal sosial yang besar dalam setiap gerak pembangunan desa.
Secara etimologis, nama Pahonjean diyakini berasal dari cerita lisan turun-temurun. Konon, wilayah ini dahulunya merupakan dataran rendah dengan banyak rawa yang ditumbuhi pohon Honje (Etlingera elatior), sejenis tumbuhan rempah yang bunganya kerap dimanfaatkan untuk masakan. Meskipun pohon tersebut kini sulit ditemukan, namanya telah terpatri abadi menjadi identitas desa, sebuah pengingat akan kekayaan alam yang pernah ada.
Tulang Punggung Pertanian dan Inovasi Agraria
Sektor pertanian, khususnya padi, merupakan urat nadi perekonom-pian Desa Pahonjean. Lahan sawah yang membentang luas seluas kurang lebih 747 hektare menjadi sumber penghidupan utama bagi mayoritas penduduk. Keberhasilan sektor ini tidak hanya ditopang oleh kondisi alam, tetapi juga oleh semangat inovasi dan kerja keras para petaninya yang terhimpun dalam 20 kelompok tani.
Salah satu bukti nyata keberhasilan ini dicatat oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mekar. Pada panen raya yang digelar pertengahan Mei 2025, para petani di Pahonjean berhasil mencapai produktivitas padi yang mengagumkan, yakni 8,6 ton per hektare. Angka ini melampaui rata-rata produktivitas di Kecamatan Majenang yang berada di kisaran 7 ton per hektare.
Capaian gemilang ini, menurut catatan pemerintah kecamatan, diraih berkat penerapan varietas unggul Sunggal dan teknik budidaya yang efektif. "Ini adalah bukti nyata bahwa kolaborasi antara petani, pemerintah desa, dan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) mampu meningkatkan produktivitas sekaligus memperkuat ketahanan pangan di tingkat lokal," ujar seorang perwakilan dari Kecamatan Majenang saat menghadiri panen raya.
Pemerintah Desa Pahonjean, di bawah kepemimpinan Kepala Desa Heri Sudiono, S.IP., secara aktif mendukung kemajuan sektor pertanian. Berbagai program penyuluhan dan sosialisasi, seperti yang dilakukan oleh UPT Dinas Pertanian Wilayah Majenang mengenai optimalisasi masa tanam, rutin diselenggarakan untuk meningkatkan kapasitas petani.
Selain padi, data pertanian desa juga menunjukkan adanya diversifikasi tanaman pangan lainnya seperti jagung dengan luas tanam sekitar 75 hektare dan berbagai jenis cabai. Sektor peternakan pun turut berkembang, dengan populasi ternak yang signifikan meliputi sapi potong, kambing, domba, serta berbagai jenis unggas seperti ayam buras dan itik yang dikelola oleh ratusan peternak. Potensi perikanan darat juga mulai digarap melalui budidaya di kolam-kolam milik warga.
Menggeliatnya Ekonomi Kreatif dan UMKM
Seiring dengan penguatan sektor agraris, Desa Pahonjean menunjukkan geliat ekonomi kreatif melalui pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pemerintah desa berperan aktif dalam mendorong kemandirian ekonomi warganya, terutama melalui pemberdayaan kelompok wanita.
Salah satu inisiatif penting yakni pelatihan pengemasan produk makanan yang menyasar anggota Kelompok Wanita Tani (KWT). Dalam pelatihan yang digelar pada Oktober 2024, para anggota KWT dibekali keterampilan untuk meningkatkan nilai jual produk olahan mereka, salah satunya ialah "Sambal Ikan". Langkah ini merupakan strategi jitu untuk mentransformasi hasil perikanan lokal menjadi produk bernilai tambah dengan kemasan yang lebih menarik dan higienis.
Di samping produk olahan, beberapa produk UMKM unggulan lain dari Pahonjean mulai dikenal, di antaranya Kue Putu Ayu dan camilan renyah Seriping Pisang. Kerajinan tangan seperti Sapu Ijuk juga menjadi salah satu komoditas yang menunjukkan potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Pusat keramaian ekonomi tak hanya terpusat pada kegiatan formal. Di Dusun Geblogan, geliat ekonomi kerakyatan terasa begitu kental, terutama pada pagi hari. Sejumlah warung, seperti yang dikelola oleh Ibu Zaenab dan Ibu Binti, menjadi destinasi kuliner pagi yang ramai dikunjungi warga. Beragam hidangan tradisional seperti getuk, sayur belut, mendoan, dan aneka jajanan pasar disajikan, menciptakan "pasar pagi" non-formal yang menjadi sumber pendapatan bagi warga sekitar. Fenomena ini menunjukkan adanya potensi wisata kuliner yang dapat dikembangkan secara lebih terstruktur.
Pembangunan Infrastruktur dan Kesejahteraan Sosial
Percepatan pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas utama Pemerintah Desa Pahonjean untuk menunjang aktivitas ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup warga. Dengan dukungan dana desa dan bantuan keuangan khusus dari Pemerintah Kabupaten Cilacap, berbagai proyek fisik terus dilaksanakan.
Pada April 2025, Kabupaten Cilacap mengalokasikan dana signifikan untuk percepatan pembangunan infrastruktur di 189 desa, termasuk Pahonjean. Bantuan ini dimanfaatkan secara optimal untuk perbaikan dan pembangunan jalan lingkungan di berbagai dusun, seperti di Dusun Sidomakmur dan pengecoran jalan setapak di Dusun Bantar Picung yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.
Kepala Desa Pahonjean, Heri Sudiono, S.IP., dalam berbagai kesempatan menekankan pentingnya pembangunan yang merata. "Pembangunan jalan ini merupakan langkah penting dalam meningkatkan konektivitas antar dusun dan mempermudah akses warga, baik untuk kegiatan ekonomi maupun sosial," ungkapnya saat meninjau salah satu proyek pembangunan.
Di luar pembangunan fisik, program yang menyentuh langsung kesejahteraan sosial dan sumber daya manusia juga gencar dilaksanakan. Pemerintah desa secara rutin menggelar penyuluhan kesehatan, seperti tentang bahaya Tuberkulosis (TBC) dan Narkoba, yang menyasar seluruh elemen masyarakat dari ketua RT/RW hingga tokoh pemuda.
Untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, pelatihan mitigasi bencana juga menjadi agenda penting, khususnya bagi anggota Perlindungan Masyarakat (Linmas). "Kegiatan ini kami prakarsai untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan pengetahuan anggota Linmas dalam menghadapi potensi bencana," jelas Heri Sudiono. Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk institusi pendidikan seperti UIN Saizu Purwokerto melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN), turut memperkaya program pemberdayaan di desa.
Merawat Kearifan Lokal dan Budaya
Di tengah arus modernisasi, masyarakat Desa Pahonjean tetap teguh memelihara tradisi dan kearifan lokal sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial mereka. Dua tradisi yang cukup menonjol ialah "Badan Kupat" dan "Tompon".
Tradisi "Badan Kupat" atau Lebaran Ketupat dilaksanakan setiap tanggal 8 Syawal, seminggu setelah Hari Raya Idulfitri, sebagai perayaan selesainya puasa Syawal. Di Dusun Bantarsari, misalnya, masyarakat akan memasak ketupat dan opor untuk dinikmati bersama. Uniknya, sebagian ketupat dari anyaman janur diisi dengan uang koin dan digantung untuk diperebutkan oleh anak-anak, menciptakan suasana suka cita dan kebersamaan.
Sementara itu, tradisi "Tompon" merupakan adat yang dijalankan saat ada warga yang meninggal dunia. Sebuah studi fenomenologi mengenai tradisi ini menunjukkan adanya motif dan makna mendalam yang dipegang oleh masyarakat sebagai bagian dari ritual sosial dan spiritual komunal.
Kekayaan budaya ini, ditambah dengan keramahan penduduk dan semangat gotong royong yang masih kental, menjadi modal sosial yang kuat. Pemerintah desa berkomitmen untuk terus menjaga kearifan lokal ini sebagai fondasi pembangunan yang berkarakter.
Dengan sinergi antara potensi agraris yang melimpah, semangat inovasi, geliat ekonomi kreatif, pembangunan infrastruktur yang merata, serta masyarakat yang kuat memegang tradisi, Desa Pahonjean, Kecamatan Majenang, terus bergerak maju. Desa ini menjadi contoh nyata bagaimana sebuah wilayah pedesaan mampu mengoptimalkan sumber dayanya untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan bagi warganya.